Sabtu, 24 November 2012

Stasiun Bandung (St.Hall)


Berkas:Bandung Station Jl Kebon Kawung.JPG
Stasiun Bandung atau Stasiun Hall (kode: BD), adalah stasiun utama kereta api di Kota Bandung. Stasiun berketinggian +709 m dpl menjadi batas antara Kelurahan Pasirkaliki danKebonjeruk. Stasiun Hall sebelumnya hanya memiliki satu buah stasiun, setelah ada renovasi oleh pemerintah Kota Bandung maka Stasiun Hall sekarang terbagi menjadi dua bagian walaupun tetap bersatu.
Monumen Lok uap di st hall
Stasiun Hall sendiri selain terkenal sebagai stasiun kereta api di kota Bandung, ia juga terkenal sebagai terminal angkutan kota. Disebabkan oleh banyaknya angkot yang menuju Stasiun Hall maka secara otomatis ia menjadi terkenal di kota Bandung dengan predikat "terminal angkot" selain stasiun kereta api.
Stasiun Hall berlokasi di Jalan Stasiun Timur 1 dan Jalan Kebon Kawung 43 Bandung.

ide awal pembangunan Stasiun Bandung berkaitan dengan pembukaan perkebunan di Bandung sekitar tahun 1870. Stasiun ini diresmikan pada 17 Mei 1884, ketika masa pemerintahan Bupati Koesoemadilaga dan pada waktu yang sama juga dibuka jalur kereta Batavia-Bandung melalui Bogor dan Cianjur. Di masa itu, para tuan tanah perkebunan (Preangerplanters) menggunakan jalur kereta api untuk mengirimkan hasil perkebunannya ke Batavia dengan lebih cepat. Untuk menampung dan menyimpan hasil perkebunan yang akan diangkut dengan kereta, dibangunlah gudang-gudang penimbunan barang di beberapa lokasi dekat Stasiun Bandung, yaitu Jalan Cibangkong, Jalan Cikuda-Pateuh, daerah Kosambi,KiaracondongBragaPasirkalikiCiroyom, dan Andir. Sesaat setelah peresmian jalur Bandung-Surabaya (1 November 1894), para pemilik pabrik dan perkebunan gula dari Jawa Tengah dan Jawa Timur (Suikerplanters) menyewa gerbong kereta menuju Bandung untuk mengikuti Kongres Pengusaha Perkebunan Gula yang pertama. Kongres tersebut merupakan hasil pertemuan Pengurus Besar Perkumpulan Pengusaha Perkebunan Gula (Bestuur van de Vereniging van Suikerplanters) di Surabaya tahun 1896.[2]
Pada tahun 1909, arsitek FJA Cousin memperluas bangunan lama Stasiun Bandung, salah satunya ditandai dengan hiasan kaca patri pada peron bagian selatan yang bergaya Art Deco. Tahun 1918, stasiun ini menghubungkan Bandung-Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari-Citali, kemudian setahun kemudian dibangun lintas Bandung-Citeureup-Majalaya dan pada jalur yang sama dibangun jalur Citeureup-Banjaran-Pengalengan (1921). Untuk jalur ke perkebunan teh, pada tahun 1918, dibangun jalur Bandung ke Kopo dan kemudian ke Ciwidey (Maret 1921).[2]
Pada saat peresmian Stasiun Bandung, surat kabar Belanda saat itu, Javabode, menuliskan bahwa masyarakat sekitar merayakannya selama 2 hari berturut-turut. Dulunya, kereta api merupakan sarana transportasi hasil produksi perkebunan Bandung, seperti kinateh,kopi, dan karet, sehingga pertumbuhan ekonomi di kota tersebut berkembang pesat. Hal ini menyebabkan stasiun ini mendapat penghargaan dari pemerintah kota berupa monumen yang berada tepat di depan stasiun, yaitu di peron selatan (Jalan Stasiun Selatan). Saat itu, tugu tersebut diterangi oleh 1.000 lentera rancangan Ir. EH De Roo. Monumen tersebut telah digantikan oleh monumen replika lokomotif uap seri TC 1008. Pada tahun 1990, dibangun peron utara yang akhirnya dijadikan bagian depan stasiun di Jalan Kebon Kawung.

Stasiun Padalarang

COLLECTIE TROPENMUSEUM Het spoorwegstation van Padalarang in aanbouw TMnr 60052211.jpg
Stasiun Padalarang (PDL) merupakan Stasiun kereta api di Jl. Cihaliwung, Kertamulya, Padalarang, Bandung Barat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +695 m dpl berada diDaerah Operasi 2 Bandung. Tidak jauh dari Stasiun Padalarang terdapat Pasar Cihaliwung. Di Stasiun ini juga terdapat tempat bongkar muat Batu balast (kricak).
Dari arah timur, rel yang meninggalkan Stasiun Padalarang bercabang 2. Yang kiri menuju Sukabumi (Jalur kereta api Manggarai-Padalarang), sedangkan yang kanan menujuPurwakarta (Jalur kereta api Cikampek-Padalarang).

Stasiun Cianjur

Stasiun Cianjur (CJ) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Jl. Yulius Usman, Sayang, Cianjur, Cianjur yang berada di pusat Kabupaten Cianjur. Stasiun yang terletak pada ketinggian +438,756 m dpl ini berada di Daerah Operasi 2 Bandung. Stasiun Cianjur berada di km 95+775 dan menjadi stasiun dengan kepadatan penumpang terbanyak di Jalur Cianjur - Padalarang.Stasiun Cianjur dibangun oleh Pemerintah Belanda. Karena itu, bangunan stasiun mengadopsi bangunan yang bernuansa kental khas Eropa. Selain itu, bangunan Stasiun Cianjur termasuk bangunan tua yang dilindungi. Dulu, stasiun ini memiliki 6 jalur, termasuk jalur menuju gudang di seberang stasiun. Namun, karena jalur Jakarta-Bandung sudah berpindah ke jalur Cikampek-Padalarang, maka jalur di stasiun ini dikurangi menjadi tiga karena lalu lintas yang lengang.

Jumat, 23 November 2012

Stasiun Lampegan

Stasiun Lampegan merupakan stasiun kereta api yang terletak di Cibokor, Cibeber, Cianjur. Stasiun ini dulu melayani Kereta api Ciroyom-Cianjur-Lampegan jurusan Stasiun Sukabumi dan Stasiun Ciroyom. Pada tahun 2001, Terowongan Lampegan yang berada berberapa meter kearah barat stasiun ini longsor sehingga perjalanan hanya sampai stasiun ini. Setelah kejadian itu stasiun ini sempat diperbaiki kembali namun kereta belum sempat melintas, longsor kembali terjadi pada tahun 2006 di petak Cibeber-Lampegan sehingga kereta ini hanya sampai Stasiun Cianjur. Saat ini stasiun ini sudah diperbaiki lagi namun belum ada kereta yang lewat. Tidak jauh dari sini sekitar 8km terdapat Situs Megalitik Gunung Pandang yang merupakan sebuah cagar budaya.

Kamis, 22 November 2012

Stasiun sukabumi

Stasiun Sukabumi (SI) merupakan sebuah stasiun kereta api yang terletak di Citamiang, Sukabumi, Jawa Barat. Stasiun yang beralamat di Jl. Stasiun Barat No. 2 ini berada pada ketinggian +583 m dpl.Stasiun ini adalah stasiun yang paling selatan di Daop 1 Jakarta.

Stasiun Sukabumi dibuka pada tahun 1882. Sejak bulan Juli 2006, stasiun ini tak beroperasi menyusul ditutupnya jalur Bogor-Sukabumi akibat rusak parah dan pemasukan yang jauh dari ekonomis. Barulah pada tanggal 15 Desember 2008, stasiun ini beroperasi kembali dengan pengoperasian KA Bumi Geulis. Konon jalur kereta api ke Cianjur akan dihidupkan kembali setelah ditutup karena longsor.






Selasa, 20 November 2012

Terowongan Sasaksaat

Terowongan Sasaksaat merupakan terowongan jalur kereta api yang dibangun oleh SS (Staatsspoorwagen) antara tahun 1902-1903. Bangunan Hikmat 503 ini berada di jalur antaraPurwakarta dan Padalarang di Km 143 + 144 antara Stasiun Sasaksaat dan Stasiun Maswati, membelah perbukita Cidepong di Kampung Sasaksaat Desa Sumurbandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Didalam terowongan sepanjang 949 m ini terdapat 35 sleko terdiri dari 17 kiri dan 18 kanan dari arah Stasiun Sasaksaat. Terowongan yang terletak di Daerah Operasi II Bandung merupakan terowongan kereta api yang padat lalu lintas, setiap harinya ada 44 Kereta api yang melintas secara reguler. Jalur yang lengkung ketika akan memasuki terowongan baik dari arah Stasiun Sasaksaat dan Stasiun Maswati maka jalan relnya diberi rel paksa (gongsol). Banyaknya kereta api yang melintas memerlukan penjagaan khusus di terowongan sehingga di kedua ujung terowongan terdapat gardu jaga untuk JPTw (Juru Periksa Terowongan).

Terowongan Lampegan

Terowongan Lampegan yaitu salah satu terowongan pertama di Jawa Barat yang dibuat di desa Cibokor tahun 1879-1882 yang lokasinya di pasir Gunung Keneng, Cianjur Jawa Barat.
Menurut cerita, nama Lampegan asalnya dari kata yang sering disebutkan oleh Beckman ketika memeriksa hasil pekerjaan pegawainya. Setiap melihat pegawai yang sedang bekerja di dalam terowongan, dia sering berteriak mengingatkan kepada pegawainya untuk tetap membawa lampu agar lebih aman dari bahaya kurangnya zat asam. “Lamp pegang...., lamp pegang”, dia mengingatkan dalam campuran bahasa Belanda dan Indonesia. Maksudnya adalah agar pegawai membawa lampu. Di terowongan itu udaranya masih lembap dikarenakan lubang terowongan yang hanya ada satu.[1]
Terowongan ini merupakan terowongan pertama di Jawa Barat yang letaknya di lintas kereta api yang menghubungkan Batavia-Bandung lewat Bogor/Sukabumi.[1] Selain terowongan Lampegan, di Jawa Barat ada terowongan Sasaksaat yang dibangun tahun 1902-1903, yang menghubungkan lintas jalur kereta api Jakarta-Bandung lewat Cikampek.
Rembesan air mengakibatkan bagian atas terowongan hancur. Sehingga hubungan kereta api Sukabumi-Cianjur terputus.
Setelah mengalami renovasi pada September 2000, Sukabumi dan Cianjur kembali terhubung. Namun dari tanggal 12 Maret 2001, terowongan itu ambruk lagi, dan hubungan stasiun Cianjur dan Sukabumi kembali terputus.
Pada tahun 2010, Terowongan Lampegan kembali direstorasi dan telah memasuki tahap uji coba.